Selamat Datang di Website Resmi Desa Mengani, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Media komunikasi dan transparansi Pemerintah Desa Mengani untuk seluruh masyarakat. Silahkan datang ke Kantor Desa Mengani meminta PIN jika Anda ingin melihat data yang terdaftar di Data Kependudukan, atau ingin melaporkan sesuatu ke Pemerintah Desa.

Artikel

Sejarah Desa

22 Juni 2018 08:38:09  Administrator  277 Kali Dibaca 

Sampai saat ini belum ditemukan prasasti atau dokumen tertulis yang mendeskripsikan sejarah desa Mengani secara akurat dan jelas. Sejarah desa hanya berkembang dalam budaya bertutur atau bahasa lisan sehingga keberadaannyapun ada banyak versi karena fakta dan tonggak sejarah yang berbeda-beda dalam ingatan penceritanya sehingga dimungkinkan ada peninggalan cerita yang hilang dan tidak nyyambung satu sama lainnya. Sejarah desa Mengani tidak terlepas dengan keberadaan esa- desa lain di kecamatan Kintamani Barat utamanya desa Selulung yang tercatat sebagai desa memiliki peradaban tertua di daerah ini.

Dikisahkan pada masa lalu, kawasan Kintamani Barat masih merupakan hutan belantara dan peradaban manusia baru ada di desa Selulung. Kala itu desa Selulung dikenal dengan desa Selunglung yang artinya segala masalah atau kesulitan hidup dihadapi bersama oleh seluruh warganya. Artinya, ikatan kekeluargaan begitunkuat antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Satu keluarga batih di desa Selulung punya dua putra, ketika kedua putranya sudah beranjak dewasa sang ayah meminta putranya yang tertua untuk menjelajah hutan agar bisa membuka lahan pertanian baru. “sawireh jani cai ba kelih, kema anake ngelod-ngelodang melali nelokin tanah tempat megae. Di bedelod ngara ade timpal ane lakar idihin nasi, jani I meme orahin ngaenang bekel, nyen kar orahin mengain ibane ditu,” kata sang ayah. Pernyataan ini dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yakni “sekarang kamu sudah dewasa, cobalah mencari lahan baru ke hutan. Di huhtan Selatan mungkin lokasinya sangat bagus, tetapi disana belum ada orang yang kau kenal sehingga tidak ada orang yang akan dimintai makanan selama dalam perjalanan. Sekarang ibimu yang harus kamu minta tolong membuat bekal, siapa lagi yang akan kau andalkan menyediakan bahan pangan di daerah itu?”. Dari petikan pesan asli diatas muncul kosa kata “mengaanin” yang artinya menyediakan. Kata inilah yang lambat laun berubah lafal menjadi mengani yang selanjutnya menjadi alasan penyebutan nama desa Mengani.

Selanjutnya, si anak sulung ini berangkat menuju selatan dan tinggal di salah satu sudut desa Mengani saat ini dan yang bersangkutan menikah dan mempunyai seorang putri. Sementara adiknya yang tinggal di Selulng menikah dan melahirkan seorang putra. Ketika putranya sudah beranjak dewasa, kedua keluarga ini mengadakan pembicaraan dan menjodohkan anak-anaknya. Setelah menikah, penganten baru itu ditempatkan di kawasan batu karang yang sekarang dikenal sebagai desa Batukaang. Masing-masing orang tua memberikan bagian tanah kepada anak-anak mereka yang baru menikah. Orang tua di Mengani memberikan tanah dari batas desa Mengani ke Utara sampai lembah di Utara desa Batukaang dan disertai tanggung jawab memelihara sebuah pura di kawasan batan tiing (barat desa Batukaang). Sementara itu keluarga dari Selulung memberikan tanah dari perbatasan desa Batukaang dan desa Belantih hingga ke lembah tersebut dengan tanggungjawab pemeliharaan dua pura yakni Pura Sang Ambu dan Pura Puncak Sari di desa Batukaang.

Cerita ini menggambarkan bahwa desa Batukaang baru terbentuk setelah berdirinya desa Mengani dan Selulung, sedangkan desa lain seperti Belanga dan Binyan berdiri belakangan. Semua desa dikawasan tersebut merupakan bentukan penduduk yang berimigrasi atau pindah dari desa Selulung.

Pada masa selanjutnya desa Mengani di bagi dalam tiga banjar yakni, banjar Pekarangan (sebelah Barat laut desa Mengani), banjar Mengani dan banjar Belong (Barat desa Mengani). Lambat laun dua banjar (banjar Belong dan Pekarangan) tidak eksis lagi secara administratif namun sebagai nama lokasi ini masih diakui sampai sekarang. Banjar Belong memiliki makna khusus bagi warga Mengani, karena di lokasi ini ditemukan belong atau wadah, peninggalan Ida Betara Suci yang saat ini diyakini sebagai dewi kemakmuran di desa Mengani. Jadi, warga mengani harus bijak memelihara atau mengsi belong sehingga yang bersangkutan mampu meraih kesejahteraan hidup baik secara sekala maupun niskala (jasmani dan rohani).

Pada masa lalu desa Mengani cukup terkenal dan secara ekonomis cukup memiliki peran strategis. Terbukti, ketika masuknya warga etnis Cina ke wilayah Kintamani, banyak warga Cina yang bermukim di Mengani dan mendirikan toko (tempat usaha) disejumlah lokasi dan ada pula lokasi untuk kuburan bagi warga Cina. Warga Cina di Mengani tidak lagi eksis semenjak masa pemberontakan G30S PKI pada pertengahan tahun 1960-an. Tanah-tanah yang sempat dikuasai warga keturunan Cina itu diredistribusikan oleh pemerintahan kepada warga lokal.

Mengingat pengertian kata Mengani yang berasal dari “mengaanin” atau menyediakan dan dikaitkan dengan kata belong maka dapat dipahami Mengani sebagai wilayah telah menyediakan tempat bagi warganya berupa limpahan sumber daya alam yang sangat memadai. Jadi warga desa Mengani dituntut untuk menjadi cerdas mengelola berbagai potensi sehingga dapat dikembangkan dengan baik. Adanya kesuburan tanah, ketersediaan air, kesesuaian iklim atau cuaca untuk mendukung kegiatan pertanian sebagi sumber pendapatan utama masyarakat setempat sudah selayaknya disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik.

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image  
 

 Aparatur Desa

Back Next

 Hubungi Kami

Hubungi Kami

 Agenda

Belum ada agenda

 Peta Desa

 Sinergi Program

Prodeskel Pajak Online
SDGs Desa SIKS-NG

 Komentar

 Media Sosial

 Statistik Pengunjung

  • Hari ini:129
    Kemarin:145
    Total Pengunjung:26.757
    Sistem Operasi:Unknown Platform
    IP Address:18.118.216.5
    Browser:Mozilla 5.0

 Arsip Artikel